PENGGUNAAN BIOMARKER PROKALSITONIN PADA PASIEN SEPSIS AKIBAT BAKTERI MDRO

Oleh : Aulia Febrina Maharani *)

Prokalsitonin (PCT) telah muncul sebagai biomarker yang sangat penting dalam manajemen klinis sepsis, terutama pada pasien yang terinfeksi organisme yang kebal terhadap berbagai jenis obat (multidrug-resistant organisms/MDRO). Relevansi kadar prokalsitonin dalam konteks ini digaris-bawahi oleh berbagai penelitian yang menunjukkan kegunaannya sebagai indikator diagnostik dan prognostik. Kadar PCT cenderung meningkat secara signifikan selama infeksi bakteri, terutama pada kondisi sepsis yang disebabkan oleh bakteri MDRO. Indikator ini mencerminkan tingkat keparahan dan respons inflamasi sistemik yang terkait dengan infeksi tersebut.

Penelitian dasar seputar prokalsitonin dimulai pada tahun 1993, menetapkannya sebagai biomarker penting untuk sepsis. Hal ini disebabkan peningkatan kadarnya berkorelasi dengan tingkat keparahan infeksi bakteri. Penelitian selanjutnya telah menetapkan bahwa PCT sangat berharga dalam membedakan sepsis dari penyebab lain berdasarkan respons inflamasi sistemik. Kekhususannya untuk infeksi bakteri membuatnya lebih dapat diandalkan daripada penanda tradisional seperti C-reactive protein (CRP), yang tidak memiliki tingkat diskriminasi yang sama ketika mempertimbangkan keadaan inflamasi non-bakteri.

Tinjauan sistemik terbaru menunjukkan bahwa PCT memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang lebih tinggi untuk mendiagnosis sepsis bakteri dibandingkan dengan CRP dan penanda inflamasi lainnya. Hal ini menjadikan PCT sebagai bagian integral dari protokol sepsis dini, terutama dalam pengaturan di mana diagnosis yang cepat sangat penting untuk hasil pasien. Penggunaan antibiotik spektrum luas yang berlebihan sering kali menyebabkan resistensi antimikroba, terutama pada MDRO. Oleh karena itu, diagnosis yang tepat waktu dan akurat yang difasilitasi oleh biomarker seperti prokalsitonin dapat membantu mengurangi terapi antibiotik setelah diagnosis pasti ditegakkan.

Pada pasien dengan sepsis yang dikaitkan dengan infeksi MDRO, peningkatan kadar prokalsitonin dikaitkan dengan prognosis yang buruk, yang menunjukkan hubungan langsung antara kadar PCT dan hasil klinis. Kemampuan PCT untuk menginformasikan tentang tingkat keparahan infeksi dan memandu keputusan pengobatan telah dikuatkan oleh studi kohort yang menunjukkan korelasi antara tingkat PCT yang tinggi dan peningkatan mortalitas pada pasien sepsis.

Selain itu, kinetika prokalsitonin dapat memberikan wawasan tentang efektivitas intervensi terapeutik. Misalnya, penurunan kadar PCT yang mencolok setelah dimulainya terapi antibiotik yang efektif dapat menandakan respons positif. Sementara kadar yang terus-menerus tinggi mungkin memerlukan pertimbangan ulang rencana manajemen klinis. Kapasitas pemantauan dinamis ini sangat berguna dalam pengaturan perawatan intensif di mana pasien sepsis sering kali muncul dengan gambaran klinis yang kompleks dan situasi yang berkembang dengan cepat.

Dalam hal implementasinya, prokalsitonin telah mendapatkan dukungan dalam pedoman klinis, termasuk Surviving Sepsis Campaign, yang mendorong penggunaannya sebagai bagian dari pendekatan pengobatan yang dipandu oleh biomarker. Hal ini sangat penting mengingat tantangan yang sedang berlangsung dalam membedakan antara sepsis yang disebabkan oleh MDRO dan bentuk infeksi lainnya, yang secara signifikan dapat mengubah strategi dan hasil pengobatan. Panel biomarker yang mencakup prokalsitonin, di samping indikator lain seperti kadar CRP dan interleukin, sedang dieksplorasi untuk meningkatkan akurasi prognostik lebih lanjut; karena secara kolektif dapat memberikan gambaran yang lebih komprehensif mengenai status inflamasi dan infeksi pasien.

Integrasi klinis pemantauan prokalsitonin sejalan dengan tren yang lebih luas menuju pengobatan yang dipersonalisasi, di mana biomarker membantu dalam menyesuaikan pendekatan pengobatan dengan keadaan pasien secara individual. Modalitas yang muncul dalam diagnosis sepsis, termasuk algoritme pembelajaran mesin yang menggabungkan data prokalsitonin, menyoroti arah masa depan untuk meningkatkan ketepatan manajemen sepsis. Kemajuan ini menjanjikan untuk mengoptimalkan perawatan pasien dan mengurangi beban morbiditas dan mortalitas terkait sepsis, terutama pada populasi yang rentan menghadapi tantangan MDRO.

Sebagai kesimpulan, peran prokalsitonin sebagai penanda penting dalam mendiagnosis dan memprediksikan sepsis, terutama dari infeksi bakteri yang resistan terhadap berbagai obat, tidak dapat dilebih-lebihkan. Kegunaan klinisnya, yang didukung oleh penelitian ekstensif, mendukung inklusi dalam praktik rutin untuk membantu diagnosis yang tepat waktu, menginformasikan keputusan pengobatan, dan pada akhirnya meningkatkan hasil sepsis. Penetapan protokol kuat yang mengintegrasikan pemantauan PCT bersama dengan penilaian klinis lainnya akan sangat penting dalam meningkatkan manajemen sepsis pada pasien yang sakit kritis, terutama dalam lanskap yang diperumit oleh peningkatan resistensi antimikroba.

 

*) Dokter Muda yang sedang menempuh Program Profesi Dokter di Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga, Surabaya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *