JAKARTA, ForumNusantaraNews – Pembahasan sisi lain dari Presiden pertama Indonesia, Bung Karno memang selalu menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat. Tak terkecuali, cara pandangnya terhadap gerakan perempuan di masa lampau sebelum kemerdekaan Republik Indonesia.
Pada saat Kongres Perempuan Indonesia I pada masa pra kemerdekaan, Bung Karno sangat memperdulikan betul posisi perempuan. Gagasan Bung Karno tentang perempuan jauh melampaui masanya. Bung Karno mempunyai sebuah pikiran bahwa gerakan perempuan dipandang sebagai mitra dalam perjuangan nasional. Posisi dan kedudukannya setara dengan pria sebagai warga negara.
Hal ini diungkapkan oleh seorang sejarawan Prof. Dr. Anhar Gonggong pada acara ‘Talk show & Musik’ yang di gelar oleh Badan Kebudayaan Nasional Pusat (BKNP) PDI Perjuangan pada Sabtu 5 Juni 2021 Pukul 16.30 WIB
“Bung Karno memiliki pemikiran bahwa posisi wanita yang selama ini secara tradisional, kalau istilah Jawa kan perempuan di dapur saja. Bung Karno memberi ruang perempuan untuk menciptakan satu sikap tertentu yang membuka ruang bagi wanita untuk melepaskan diri dari hanya sekedar perempuan yang di dapur,” jelas Anhar.
Kemudian Anhar mengisahkan tentang kepedulian Bung Karno kepada perempuan yang ia dengar dari salah satu teman Bung Karno ketika bersama-sama dalam satu sel.
“Bung Karno memang selalu berusaha untuk mendorong adar supaya ada gerakan wanita yang sistematis yang bisa memikirkan tentang dirinya; bagaimana dia harus berpikir, bagaimana ia berorganisasi dan bagaimana ia mempunyai keterlibatan dalam gerakan kemerdekaan,” lanjut Anhar.
Selepas Proklamasi Kemerdekaan, Bung Karno menyadari bahwa upaya memberdayakan perempuan dalam revolusi perlu dilakukan. Salah satu upaya yang dilakukan Bung Karno adalah mengampanyekan perubahan perempuan ke arah yang lebih baik.
Sukarno mengambil satu teori bahwa laki-laki dan perempuan itu butuh kerja sama. Keduanya harus saling membantu suatu masyarakat yang bisa menguntungkan satu sama lain. Kalau dalam masyarakatnya perempuan bisa berperan aktif secara bersama-sama, mereka juga bisa berperan aktif dalam bernegara.
Pemikiran Bung Karno terkait peran kaum perempuan berkenaan kewajiban-kewajibannya perempuan dalam perjuangan rakyat Indonesia terekam rapi dalam karyanya “Sarinah–Kewajiban Wanita Dalam Perjuangan Republik Indonesia”. Bahkan saking pentingnya buku ini, sejarawan senior itu menganjurkan perempuan-perempuan Indonesia untuk membacanya.
“Saya menganjurkan kepada Anda-Anda semua kader-kader perempuan untuk membaca baik-baik buku Sarinah, itu karena ide dasar Bung Karno tentang perempuan ada di buku itu. dan di buku itu juga betapa besar perhatian Bung Karno tentang perempuan,” lanjut Anhar.
Dan bahkan hebatnya lagi, lanjut Anhar, buku Sarinah ini di tulis dalam keadaan yang sangat genting. Namun keadaan yang seperti itu tidak membuat Bung Karno berhenti berpikir, justru menghasilkan sebuah buku yang tebalnya sekitar 400 halaman.
Gagasan Bung Karno mengenai gerakan perempuan pada dasarnya karena kebutuhannya dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Kita tidak dapat menyusun negara dan tidak dapat menyusun masyarakat jika kita tidak mengerti soal wanita.
Kemudian Anhar memaparkan tentang cita-cita Bung Karno mengingat pentingnya soal perempuan sebagai soal masyarakat dan soal negara. Bahwa seorang perempuan harus mampu memimpin pergerakan sebagaimana laki-laki, hal itu sudah tergambar dalam pikirannya Bung Karno.
“Andai kata bung Karno bisa melihat Megawati anaknya jadi Presiden, kaya apa itu pikirannya, karena bayangan semacam itu ada dalam pikiran beliau tentang kiprah perempuan, pungkas Anhar.
Program ‘Talk show & Musik’ BKNP PDIP dengan tema besar ‘Bung Karno Series’ hadir setiap hari pada bulan Juni pukul 16.30 WIB, tayang selama satu bulan penuh, dan dapat diikuti melalui kanal Youtube: BKNP PDI Perjuangan, Instagram: BKNPusat dan Facebook: Badan Kebudayaan Nasional Pusat.
Video selengkapnya bisa disimak di bawah ini:
Tinggalkan Balasan