Catatan : J. FARUK ABDILLAH. *)
Subuh masih merangkak perlahan, saat melewati kepongahan masuk pintu gerbang Suramadu yang sepi.Tersuruk-suruk diri ini di dalam mobil yang serasa berada diatas awan; yang ditopang bentangan kokoh aspal jembatan dan tiang beton Suramadu.
Sepi menggelayut memasuki tumpah darahku Madura. Lumpuh detaknya, lalu lalang kendaraanpun tercerabut dari dinamika orang-orang Madura yang perkasa menyibak waktu.
Corona oh, Corona….,
Titah Sang kuasa, lumpuhkan detak waktu manusia.
Lamat-lamat di radio mobil terdengar lagu ‘Kesaksian’ dari Iwan Fals, syairnya sungguh bak sayatan sembilu.
Aku mendengar suara, Jerit mahluk terluka
Luka-luka…, hidupnya, luka
Orang memanah rembulan. Burung sirna sarangnya.
Sirna, sirna. Hidup redup, Alam semesta luka.
Banyak orang hilang nafkahnya.
Aku bernyanyi menjadi saksi.
Banyak orang dirampas haknya.
Aku bernyanyi menjadi saksi.
Mereka dihinakan, tanpa daya….
Yah…., tanpa daya
Terbiasa hidup sangsi..
Orang-orang harus dibangunkan…
Aku bernyanyi menjadi saksi
Jeritan suara Iwan Fals yang serak, alirkan desir darah yang mendidih. Syair-syairnya menyisir setiap kelokan urat nadi disekujur tubuh dan awan putih selat Madura.
Hari ini ribuan anak kehilangan orang tuanya dan menjadi yatim, istri kehilangan suaminya, ibu kehilangan anaknya dan orang-orang yang kita sayangi meninggalkan kita karena corona.
Kasih mereka hari ini terputus dan tinggalkan duka dan luka yang dalam. Lain halnya tempaan kemiskinan, kekurangan, pengangguran, trauma yang menghantam telak warga Sumenep.
Bupati Fauzi tidak hanya didalam jabatannya yang wajib memikirkan nasib ‘mulut’ warganya yang terus ‘menganga’.
Tidak melulu berkutat dengan APBD yang kini ringkih. Kecerdasannya ‘diuji’ untuk menghimpun berjuta daya, agar mampu menopang kelanjutan hidup warganya.
Fauzi pasti tak akan berdaya ‘berjihad’ sendirian menghadapi problem sosial masyarakat Sumenep yang kini tak berdaya setelah ditinggalkan virus corona secara perlahan.
Pasca Corona ini, Bupati Fauzi kian berat tugasnya. Dan ‘kenyataan ( ini ) harus dikabarkan’ kepada stafnya yang tidak mampu bekerja dalam tekanan tinggi, agar tidak bermimpi naik di tahta promosi. Apalagi kepada staf yang tertangkap dan terindikasi ‘nakal’ lakukan aji mumpung disaat pandemi.
Jangan lagi beri kesempatan bagi staf untuk menghitung-hitung untuk cari posisi baru. Promosi jabatan hanya untuk staf yang mampu meraih bintang ‘maha putra’ disaat pandemi.
Sebab mutasi yang mungkin terjadwal dalam akhir bulan Agustus ini ; tidak boleh lelet, seperti petis. Sebab mutasi kali pertama yang akan dilakukan Bupati Fauzi adalah ‘Ruhnya’ Bupati . Salah pilih staf, maka Bupati akan menggali ‘kuburnya’ sendiri dalam pilkada yang kini di depan mata.
Kenyataan Harus Dikabarkan !!!
Rakyat harus dikabar-kabari apa yang dilakukan bupati. Jangan matikan pijar api komunikasi dengan masyarakat. Sebesar apapun bantuan bupati, tidak akan pernah berbunyi ; jika tidak menyulut pijar api komunikasi untuk tumbuhkan cinta kasih sepenuh hati.
Masa sudah bergeser ; hanya mereka yang bisa bekerja keras dalam perubahan; merekalah yang bisa survival !!!
Lawan-lawan di pilkada kini telah mulai menyeruak dan bergerilya, membangun ‘gita cinta Pilkada’.
Tikaman lawan bisa datang tiba-tiba kejantung kalbu dan Mematikan langkah Bupati Fauzi.
*) Penulis adalah Wartawan Senior. Kini advokat Bantuan Hukum. Ketua DPC Perkumpulan Advokat Indonesia ( PERADIN ) Sumenep. Berdomisi di Surabaya.
Tinggalkan Balasan