Aktivis Demokrasi dan Aspirasi Rakyat Jawa Timur Korda Sumenep Gelar Demo Depan Kantor Bupati Sumenep
FORUMNUSANTARANEWS.COM
SUMENEP, FNnews.com – Para Aktivis yang mengatasnamakan dirinya Demokrasi dan Aspirasi Rakyat Jawa Timur Kordinator Daerah Sumenep melakukan aksi Demo di depan kantor Bupati Sumenep – Jawa Timur, sekira Pukul 10.00 WIB, Senin ( 27 / 03 / 23 ).
Aksi itu merupakan reaksi dari kebijakan Bupati Sumenep mewajibkan ASN memakai seragam batik setiap hari Kamis dan Jum’at yakni batik produk lokal, sebagai wujud perhatian Pemerintah Daerah untuk memulihkan perekonomian pengrajin batik yang sebelumnya sempat lumpuh akibat wabah pandemi Covid – 19.
Namun program tersebut ramai dibicarakan warga khususnya kalangan aktivis Mahasiswa. Pasalnya, program yang semula diharapkan dapat menuai simpatik dari pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah ( UMKM ), Justru berdampak sebaliknya bahkan meluas kepada segmen lain yakni pada kalangan ASN sendiri.
Hal itu disampaikan oleh Demokrasi dan Aspirasi Rakyat Jawa Timur melalui rillis tertulis yang diterima media dan tertera nama Korlap Aksi yakni Ali Rofiq lengkap hari serta tanggalnya.
Selain itu, temuan aktivis Dear Jatim Sumenep di lapangan, pengrajin batik tulis motif Beddei hanya dapat keuntungan tidak lebih dari Rp. 17.000,- perpotong, sementara Oknum pengusaha mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 55.000,- perpotong.
Selanjutnya mereka menilai bahwa pengadaan seragam batik ASN bukan untuk memberdayakan UMKM / Pengrajin batik malah justru untuk memperbudak pengrajin demi kepentingan Kapitalis. Meskipun Perbub. No. 81 tahun 2021 tentang PD ASN telah dicabut dan diganti dengan Perbub. No. 73 tahun 2022 tapi realisasinya pengadaan seragam batik ASN tetap mengacu pada Perbub. No. 81 tahun 2021. Terbukti, selain diwajibkan seragam batik motif Beddei para ASN di lingkungan Pemkab. Sumenep juga diwajibkan berseragam batik Tera’ Bulan yang notabene adalah desain milik perorangan.
Akibatnya, tidak semua pengrajin batik tulis di Sumenep dapat memproduksi seragam batik motif Tera’ Bulan, hanya pengrajin binaan orang – orang Canteng Koning saja yang bisa memproduksi kain batik motif Tera’ Bulan.
Dalam rillisannya juga dipaparkan bahwa setiap Pengrajin yang memproduksi seragam batik motif Tera’Bulan diminta untuk membayar royalti kepada oknum pengusaha sebesar Rp. 100.000,- perpotong.
Ada 4 ( empat ) tuntutan yang disampaikan kepada Bupati, yakni :
1. Hentikan pengadaan seragam batik ASN motif Beddei dan Tera’ Bulan.
2. Bupati meminta maaf secara terbuka ke publik kepada pengrajin batik juga para ASN di lingkungan Pemkab. Sumenep.
3. Hentikan pencitraan yang menimbulkan kegelisahan masyarakat.
4. Apabila dalam jangka waktu 5 × 24 jam tuntutannya tidak dipenuhi akan melaporkan ke pihak berwenang.
Selanjutnya sekira pukul 11.00 WIB para pendemo beringsut masuk ke dalam lokasi Pemkab untuk menemui Bupati, namun pihak keamanan dengan sigap melakukan pagar betis di depan pintu masuk kantor Bupati sehingga para aktivis melanjutkan orasinya dan meminta agar Bupati menemuinya.
Menurut pantauan media, beberapa saat kemudian keluar seorang ASN yang menemui para Demonstran menyampaikan kalau Bupati saat itu tidak ada di kantor sambil menunjukkan sesuatu melalui Telepon selulernya kepada mereka, hingga kondisi saat itu sempat memanas.
Merasa belum puas akhirnya mereka melanjutkan aksinya kerumah pribadi Bupati di Batuan, namun saat itu nampaknya Pemdes Batuan meminta agar aksi jangan dilanjutkan dan diminta untuk dibubarkan. ( Bambang )
Tinggalkan Balasan