ANCAMAN MUTASI, ANCAMAN DALAM PILKADA 2024

J. FARUK ABDILLAH. *)

 

Bupati Sumenep Achmad Fauzi  yang dilantik 26 Februari 2021, Sampai hari ini, berarti enam bulan lebih ia memerintah Kabupaten Sumenep.  Berarti  masa jabatan Bupati Fauzi  hanya tinggal  dua setengah tahun lagi berdasarkan  UU Pemilu No 7 tahun 2017.

Hal tersebut  untuk  menyelaraskan Pilkada serentak 2024 berjalan seiring dengan Pilpres dan pileg. Sesuai pula dengan  putusan MK No. 55/PUU-XVII/2019.

Dua tahun lima bulan, bukanlah waktu yang  cukup menata kembali kaki-kaki kekuatan politik bagi Fauzi.

Kemenangan  Fauzi atas  Fattah Yasin yang hanya diatas sepuluh ribu suara sangatlah rawan. Apalagi kondisi pandemic menyebabkan akselerasi pemerintahannya sangat terganggu untuk mewujudkan janji-janji politiknya.

Sementara dana yang tersedia  untuk kegiatan pemerintahan banyak digunakan untuk tanggap darurat  dari level satu ke levelnya.  Dan sampai kapan pandemic C19 itu akan berahir, tidak ada yang bisa memastikan.

Hari ini pemerintahan Bupati Ach. Fauzi dalam pertaruhan besar. Untuk bisa  terpilih kembali, amatlah sempit, jika ia tidak bisa membangun ‘trust’  baru di hati masyarakat yang kini galau menghadapi pandemic dan keterpurukan ekonomi.

Janji -janji kampanyenya yang ‘berjibun’ sulit diwujudkan jika membaca situasi hari ini.

Misalnya saja ‘tagihan’ yang diluncurkan masyarakat Kepulauan lewat wadah LSM Komunitas Warga Kepulauan (KWK), tentang janjji pemerataan pembangunan kepualaun, baik infra struktur, pendidikan, pelayanan kesehatan dan pemberdayaan ekonomi yang akan mendorong pembangunan daerah kepualaun, seperti yang  ditagih Syaifuddin ketua LSM KWK Kepulauan.

Para stafnya yang hari ini bekerja belum menunjukkan nilai ‘plus-plus’ dalam penanganan C19.  Padahal efek kegiatan penanganan pandemic C19 akan mendongkrak  elektabilitas  bupati dimata warga Sumenep.  Baik dalam pembagian sembako, penanganan kesehatan dan penyediaan obat serta bantuan  social lainnya Semestinya hal itu menjadi medan permulaan ‘kampanye’ gratis bagi bupati Fauzie. Tapi faktanya semua  tidak bisa  berbunyi  ‘wah’.

Justru hari ini ladang kampnye luas yang tersedia bagi bupati menjadi blunder dan disertai banyak kekecewaan.

Apalagi ‘rasan-rasan’’  dari  tim sukses Ach Fauzi & Dewi Kholifah yang kini menyembulkan aroma tak sedap dan dikabarkan tidak lagi mendapat  ‘perlakuan khusus’  dan yang semestinya.

“Kecewa,  ya pasti kecewa dengan Pak Fauzi . Ukuran saya pada tataran tingkat kewajaran saja. Sebagai mahluk social, manusiawi saya kecewa dengan Pak Bupati “ ujar pria itu.

 

Ia lalu bercerita bagaimana Gubenur Jatim Khofifah yang juga mengalami kesulitan di  masa kepemimpinannya, masih tetap guyup merajut kebersamaan dengan tim-timnya di Madura.  Ia masih bisa jawab chats dan berkomunikasi lewat HP.

“ Saya iri dengan mantan timses ibu Gubenur yang  masih bisa ‘say hello’  dengan beliau dan  mau memberi solusi cepat masalah  yang dihadapi masyarakat “ ujar salah seorang mantan timses A. Fauzie yang  duduk dijajaran bergengsi dalam timses.

 

Beban Bupati Fauzi memang complicated .  Saat pandemic yang dananya terfocus pada  penanganan pandemic ; nyaris tak bisa bicara pembangunan ekonomi, infra struktur, pendidikan  dan pemberdayaan secara baik.

Banyak orang  berkata ;  ini awal tahun pemerintahan yang ‘apes’  bagi Bupati Fauzi. 

“Ini tanda-tanda kalah”, kata  Gus Minul, mantan Kadis Sosial -yang kerap ia ucapkan, saat saya main tennis bersama dia.

 

Gate away  harusnya  yang menjadi pilihan Bupati ;   untuk menjembatani dua masalah besar yang tidak kompatebel.  Pilihannya adalah mutasi besar-besaran yang terkonektif  antara ASN satu dengan lainnya, dengan mengacu pada Skill, bidang keahlian, pengalaman  dan integritas.  Tidak ada kategori pendukung Fauzi atau bukan.

Ancaman mutasi itu tertuju bagi siapa saja ;  jika struktur organisasi pemerintahan Fauzi ingin mendapatkan hasil maksimal. 

Sebab jika mutasi asal  menyenangkan timses, maka organisasi pemerintahan  Fauzi akan berjalan ‘lemmot’ .    Dan itu berarti pula ancaman besar bagi Fauzi di pilkada 2024.

Sekdakab  H.Ir. Eddy Rasiadi pejabat karier  yang dikenal   banyak diterima banyak orang pendapatnya dan  objektif dalam menakar masalah.  Ia lebih mengerti menempatkan siapa dan dimana dalam mutasi. Sebab Sekdakab sudah  puluhan tahun bergaul dengan pejabat dan staf lainnya. Dibandingkan dengan Bupati Fauzie.

Sebagai Sekdakab yang juga tim Baperjakat ;  kecerdasannya akan menolong nasib Fauzi di Pilkada 2024.

Apalagi kedekatan ‘khas’  Sekdakab Eddy dengan MH. Said Abdullah  sesama alumni SMAN I Sumenep, jaminan terrajutnya hubungan keduanya secara alamiah.  Estho  tanpa imbalan.

Ia kini tidak bisa lagi memilih kawan atau teman,   jika Bupati Fauzi ingin dinaikkan lagi di tahta kursi  Bupati  di periode ke dua.

 

Namun jika Bupati Fauzi punya ‘local wisdom’

Ancaman Mutasi,  memang ancaman ia dalam Pilkada !

 

*)  Penulis adalah Wartawan Senior.  Kini Advokat Pos Bantuan Hukum. Ketua DPC Perkumpulan Advokat Indonesia (PERADIN) Sumenep.  Berdomisili di Surabaya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *