Catatan : JAKFAR FARUK
Pilpres masih akan terjadi di tahun 2024. Namun perang bilboard foto Puan Maha Rani, Airlangga Hartarto, Cak Imin sudah bertebaran di penjuru kota di NKRI. Maknanya kian panasnya penghelatan politik di negeri ini menjelang 2024.
Tak terkecuali pilkada Sumenep yang ikut menyertai pilpres 2024 yang kian dekat, tentu ikut kian memanas pula dalam tahun ini hingga kedepan.
Bupati Fauzi yang baru menikmati nikmatnya menjadi bupati, kini kursi besarnya yang mulanya empuk dan sejuk ; mulai tak nyaman, karena ke empukannya mulai terusik dengan kerikil tajam dan perubahan iklim politik yang memanas.
Apalagi kemungkinan petarung di pilkada di tahun 2024, sama-sama punya kematangan berpolitik. Misalnya saja Nyai Eva yang kini berada di posisi wakil bupati hari ini. Nyia Fitri Busyro yang pernah mendampingi suaminya Bupati Busyro selama lima tahun lebih dan kini menjadi anggota DPRD Jatim. Kiai Hamid Ali Munir sang ketua DPRD Sumenep yang melenggang cemerlang di Kursi DPRD sejak awal reformasi dan kini menjabat Ketua DPRD Sumenep ; dan jangan lupa Fattah Yasin yang kekalahannya dari Bupati Fauzi dalam pilkada lalu hanya 23.200 suara. Dan Gus Acing tentu punya kalkulasi untuk mengalahkan Fauzi ditahun 2024. Satu lagi posisi KH. Unais Ali Hisyam yang tak kalah gregetnya untuk masuk bursa cabub 2024.
Petarung seperti Nyai Eva sudah paham kantong suara miliknya dan kantong suara Fauzi. Pemetaan itu bisa saja ia mulai sejak dinyatakan menang di KPU dan dilantik bareng Fauzi.
Sebagai wabub ia tentu kian smooth melangkah mengkapitalkan suara dirinya dalam berbagai acara resmi sebagai wabub dan bisa saja menumbangkan Fauzi di Pilkada 2024 dengan cara mudah.
Apalagi kedekatan khusus ia dengan muslimat dan Gubenur Jatim Khofifah Indar Paranwansa, memberikan dorongan aura kuat untuk bersama-sama menang di pilkada 2024 sesama muslimatnya.
Demikian pula dengan Nyai Fitri Busyro ; ia telah ditempa politik di Pilkada suaminya dan acara-acara resmi saat mengikuti Kiai Busyro dalam berbagai kegiatan. Ditunjang pula lolosnya ia masuk ke Gedung DPRD Jatim dan kalahkan sejumlah politisi hebat PKB di dapil Madura.
Kecantikannya juga mengundang para pemilih untuk menjatuhkannya pilihan kepada Nyai Fitri. Dan tentu para pendukung suaminya, juga akan tetap setia memberikan dukungan padanya.
Sebagai ketua Dewa Syuro PKB, Kiai Busyro cukup punya peranan dalam menentukan cabub PKB. Namun mendorong langsung istrinya maju sebagai Cabub, terasa risih dengan HM Said Abdullah. Tapi akan berbeda jika Cak Imin sebagai Ketum DPP PKB yang mendorong Nyai Fitri maju di Pilkada, tentu Kiai Busyro tidak akan berdaya. Apalagi jika di dukung Kiai-kiai sepuh dan politisi PKB lainnya ; yang merasa ‘dicukur’ gundul dalam pilkada 2020 lalu oleh PDIP.
Jika dua srikandi yakni Nyai Eva dan Nyai Fitri yang sama-sama berbasis santri ini bersatu dalam pilkada 2024. Maka lawan lainnya akan gigit jari. Dan PKB akan merampas kembali bendera Kuda Jingkrak Sumenep itu yang kini di genggaman tangan PDIP.
Sementara kalkulasi politik Kiai Hamid Ali Munir, Kiai Unais Ali Hisyam dan Fatah Yasin, memang masih di kawasan ‘abu-abu’. Konon Kiai Hamid Ali Munir masih ‘tersandera’ politik karena tergolong baru menduduki di kursi Ketua DPRD Sumenep. Kiai Unais Ali Hisyam kabarnya kurang berminat lagi masuk bursa cabub. Sedangkan Fattah Yasin kini namanya digodok untuk menduduki kursi wabub Pamekasan yang wafat beberapa waktu lalu.
Artinya yang jelas-jelas menjadi rival kuat di Pilkada Sumenep bagi Fauzi adalah Nyai Eva dan Nyai Fitri.
Masalah yang paling crusial di Pilkada Sumenep sejak era Kiai Busyro bagi sang bupati adalah di ASN. Itu amatan kuat dari berbagai sumber dan timses. ASN dikeluhkan enggan mendorong bupatinya agar bisa naik elektabilitasnya ditengah masyarakat. Hal itu pernah Kiai Busyro keluhkan pada saya.
Salah satunya yang menjadi ‘momok’ adalah program kerja/ kegiatan OPD yang kurang menggigit dan terkesan pokok ada. ( bisa jadi untuk kepentingan oknum ). Walaupun hal itu bisa dibantahkan dengan dalih hasil Musrembang Kecamatan, sebagai dinamika keinginan masyarakat.
Tapi sesungguhnya jika OPD berotak ‘moncer’, program untuk mendongkrak elektabilitasnya Bupati dan bisa dinikmati dan diterima banyak orang sangatlah banyak. Banyak pula cara-cara yang bisa membuat publik berdecak kagum dan berkata ; Hebat Bupati Sumenep..!!!
Tapi jarang kita temukan dalam beberapa puluh tahun ini.
Pasal lain yang tak kalah crucial di OPD ; tidak mampu ‘menjual’ nama bupatinya dalam berbagai programnya. Dan yang paling menyakitkan jika mereka suka main-main ‘dikamar gelap’ dengan oknum.
Nah, kali ini kecerdasan Fauzi memainkan bidak-bidak mutasi menjadi jembatan kemenagannya. Jika tidak mampu memainkan bidak-bidak mutasi dengan benar ; ia akan berdarah-darah dalam pilkada di tahun 2024.
Rasan-rasan mutasi dan nama-nama pejabat dan sang calon pejabat sudah ramai beredar dari mulut ke mulut. Nama-nama pejabat itu ada yang dikatakan orangnya Bupati, orangnya MH. Said Abdullah, orangnya timses, anggota timses bupati, pejabat yang cari aman, orang yang tidak dukung Fauzi di Pilkada 2020, pejabat ‘se norok duwek’ , pejabat yang nol prestasi, hingga ‘orangnya’ mantan Bupati Busyro.
Lalu siapakah pejabat yang mampu mendongkrak prestasi dan elektabilitas Bupati Fauzi dalam Pilkada 2024 ?
Inilah jawabannya. ( bersambung )
*)Penulis adalah Wartawan Senior, kini Advokat Posbantuan Hukum. Ketua DPC PERADIN Sumenep. Berdomisili di Surabaya.
Tinggalkan Balasan