Oleh : Aulia Febrina Maharani *)
ForumNusantaraNews.com-Surabaya (08/06/2022).
Sungai Aare merupakan sungai terindah dan salah satu sungai terpanjang di Swiss. Hulu sungai tersebut berada di Pengunungan Alpen, tepatnya di Danau Grimsellsee. Sebagian anak sungai di danau tersebut bermata air dari resapan air Danau Oberaarsee. Sepanjang 291,5 km, Sungai Aare melewati beberapa danau, seperti Raterichsbodensee, Brienzersee, Thunersee, Wohlensee, dan Bielersee. Selanjutnya bergabung dengan Sungai Rhine di Koblenz. Inilah yang membedakan sungai-sungai di Swiss dibandingkan di Indonesia yang tidak melalui danau-danau tetapi biasanya langsung bermuara ke laut atau lautan. Selain itu, sumber air sungai tersebut berasal dari lelehan es di Pegunungan Alpen.
Dari Danau Grimsel hingga kota Bern, sungai tersebut paralel dengan jalan raya. Keberadaan infrastruktur tersebut mempermudah para turis mengakses dan menikmati keindahan aliran Sungai Aare yang berwarna biru toska. Demikian pula danau-danau yang dilaluinya dan bentang alam dengan latar belakang pegunungan yang sangat menyejukkan mata dapat turis nikmati kemolekannya sepanjang perjalanan. Itulah yang menjadi daya tarik wisatawan asing di negara yang terkenal dengan coklat dan arlojinya dengan kualitas terbaik di dunia. Tidak bisa dipungkiri bahwa keindahan alam Swiss telah memikat hati generasi muda milenial tanah air untuk belajar di negara yang berada di benua Eropa tersebut. Pun Eril, nama panggilan Emmeril Kahn Mumtadz putra sulung Gubernur Jawa Barat, Bapak Mochamad Ridwan Kamil dan Ibu Atalia Praratya. Alumnus Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung tersebut berencana melanjutkan studi strata dua di “Land of Milk and Honey”, negara produsen susu dan madu berkualitas nomor satu di Eropa. Namun, Tuhan telah berencana lain, kakak Camillia Laetitia Azzahra tersebut hilang di Sungai Aare sejak 26 Mei 2022. Sejak awal Juni 2022, Tim SAR Swiss yang terlibat dalam pencarian Eril telah mengubah status dari pencarian orang hilang menjadi pencarian orang tenggelam. Berdasarkan itu pula, tidak ada harapan bagi keluarga Bapak Ridwan Kamil untuk menemukan putra tercintanya dalam kondisi selamat. Mereka terpaksa kembali ke Indonesia selain masa cutinya sebagai Gubernur Jawa Barat telah habis. Sebenarnya mereka tidak tega meninggalkan putra sulungnya yang belum ditemukan. Secara eksplisit, Ibu Atalia dalam Instagram pribadinya menulis, cepat atau lambat mereka akan bertemu kembali di sungai yang luar biasa indah dan cantik tersebut. Tulisan tersebut merujuk pada surat Walikota Bern: “the city of Bern will be forever deeply connected to us”.
Musibah hilangnya perenang yang rata-rata orang asing di Sungai Aare bukan merupakan insiden baru. Menurut Duta Besar RI untuk Swiss, Muliaman D. Hadad, berdasarkan data Kepolisian Swiss, terdapat 15-20 wisatawan terseret arus dan tenggelam di Sungai Aare setiap tahunnya. Sebanyak 99,9%, mereka yang tenggelam di Sungai Aare ditemukan dalam waktu 3 minggu.
Mengapa korban insiden Sungai Aare butuh wakt cukup lama untuk ditemukan? Terdapat paling tidak tiga alasan mengapa dalam jangka waktu tersebut para wisatawan asing yang hilang di Sungai Aare harus menunggu selama 21 hari. Pertama, suhu air Sungai Aare cukup dingin yang diperkirakan 13-16 oC pada musim semi. Seyongyanya dengan temperatur air sungai yang relatif rendah maka massa jenis air mengalami sedikit kenaikan. Hal ini tentu menambah daya dorongnya terhadap apa yang ada di dalamnya ke permukaan air. Namun sayangnya, pada suhu yang cukup rendah, aktivitas mikroorganisme pengurai tidak dapat berjalan cepat. Temperatur merupakan penentu utama bagi keberlangsungan proses perombakan. Hasil proses penguraian tersebut menyebabkan jaringan-jaringan korban terdegradasi dan menghasilkan gas. Adanya penurunan berat jenis dan gas yang terperangkap di tubuh korban menyebabkan berat jenisnya menjadi turun lebih rendah daripada berat jenis air. Energi kinetis arus air sungai juga berkontribusi terhadap daya apungnya sehingga tubuh korban terangkat ke permukaan air sungai. Proses tersebut akan berlangsung selama 3 minggu pada kondisi temperatur air yang cukup rendah. Kedua, air sungai Aare jernih, terbebas dari lumpur. Dengan kata lain, terdapat sedikit mikroorganisme. Dengan demikian proses pembusukan berlangsung hanya dari dalam. Ketiga, di Sungai Aare tidak terdapat banyak ikan-ikan besar yang hidup atau bertahan aliran airnya yang begitu deras dan kondisi sungai cukup mulus sehingga tidak melukai tubuh korban yang dapat mempercepat proses pembusukan.
Sebagai penutup, kami berharap tulisan ini bermanfaat. Kami menyampaikan turut berduka cita atas berpulangnya Eril ke rahmatullah. Semoga almarhum husnul khatimah dan segera ditemukan, serta mudah-mudahan Bapak Emil sekeluarga tabah dan kuat dalam menerima cobaan yang sangat berat ini, amin….
*) Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga Surabaya
Tinggalkan Balasan