Diduga Ada Pemotongan Ongkos Upah  Kerja Pada Proyek Pembangunan Terminal Cepu

Ilustrasi Gambar

Blora :-Cerita seputar kegiatan proyek Pembangunan Terminal Cepu menuju finishing masih saja mengisi hari harinya.

Selain dugaan penyimpangan, kini diwarnai oleh keluhan beberapa orang pekerja lokal yang diduga merasa dirinya diperlakukan diskriminasi oleh Pihak Pelaksana Proyek.

Keluhan ini disampaikan oleh seorang oknum pekerja sebut saja S, warga lokal (Cepu).

S bercerita pada awalnya bekerja sebagai buruh bangunan di Proyek Fisik Pembangunan Terminal Cepu merasa enjoy dan senang saja.

Akan tetapi setelah saling kenal di antara pekerja satu dengan pekerja lainnya.Kemudian saling berbagi cerita, baik seputar kehidupan sehari hari pada diri mereka masing masing, hingga lalu mengarah pada persoalan upah ongkos kerja.

Dari situlah mulai bergejolak di hatinya, karena merasa ada ketidak adilan yang terjadi terhadap dia beserta rombongannya sesama warga lokal (Cepu).

Karena diketahui upah kerja bayaran mereka tidak sama dengan rombongan pekerja dari luar daerah teman sejawatnya.

” Padahal pekerjaan kita ya sama, tidak ada perbedaan.Panas panas kami juga kerja, mereka juga sama. Faktor apa sehingga kami ini dibeda bedakan??”gumamnya setengah mengeluh.

Rasa semangat bekerja terasa lenyap seketika, namun demi menghidupi keluarga perasaan itu, diusir jauh jauh dari lubuk hatinya,walaupun terasa berat, karena setiap detik sering menggoda di benaknya.Dan menimbulkan gejolak tidak terima dalam hatinya

Karena S beserta rombongannya sebagai orang lokal rasanya seperti diinjak injak harga dirinya.Mereka sungguh merasa sangat dirugikan atas dugaan pemotongan upah ongkos kerja pada dirinya.

” Dari luar Blora Tukang Profesional seperti saya ini Rp.120.000- Rp.130.000.Sedangkan saya sebagai pekerja lokal hanya dibayar Rp.90.000, kuli Rp.75.000, sedangkan pendatang Rp.90000 sampai dengan Rp.100.000 ,”tuturnya dengan raut wajah kecewa. Kamis, 16/05/2024.

Wajar ! Karena dugaan perlakuan diskriminasi ini sudah jelas menimbulkan ketimpangan gejolak sosial ditengah para pekerja.

Harapan S Dkk, sebagai pekerja lokal agar diperlakukan yang sama dengan pekerja pendatang.

” Paling tidak terlalu jauh lah perbedaannya…” Harapnya.

Persoalan di atas telah disampaikan dan sekaligus dilakukan konfirmasi untuk membuktikan kebenaran pengakuan S, kepada Agus sebagai Pihak Pengembang yang bertanggung jawab langsung di lapangan melalui via WhatsApp miliknya.Sabtu, 18/05/2024.

Namun sampai diturunkannya berita ini, belum ada respons sama sekali dari yang bersangkutan, .***

Penulis & Pemberitaan oleh : Ach. Junaidi Aszar C.Ar Wda (Kang Ajas)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *