Bondowoso, FORUMNUSANTARANEWS.COM – Pandemi Covid-19 yang belum kunjung mereda dan kasus yang meningkat membuat pemerintah mengambil kebijakan untuk terus memperpanjang PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat). Akibatnya, masyarakat menengah ke bawah semakin sulit untuk dapat bertahan di masa pandemi seperti saat ini. Salah satunya adalah para pelaku UMKM (Usaha Menengah Mikro Kecil) yang semakin hari semakin merasakan dampaknya dan sulit untuk bertahan apalagi berkembang.
Mengacu pada kondisi tersebut dan tuntutan untuk menyesuaikan program KKN maka mahasiswa Universitas Jember diberikan opsi untuk menentukan sendiri program yang akan dilakukan dengan pilihan sebagai berikut: 1) Program Kemanusiaan Stunting AKI dan AKB; 2) Program Pemberdayaan Wirausaha Masyarakat/UMKM Terdampak Covid-19; 3) Program Kegiatan Inovasi Teknologi/Informasi dalam Penanganan Covid-19; 4) Program Pemberdayaan BUMDES/Pemerintahan Desa dalam Memperkuat Jejaring Pengaman Sosial Desa Saat Pandemi Covid-19; dan 5) Program Inovasi Literasi Masyarakat saat pandemi Covid-19. Muhammad Deni Saputro memilih program pemberdayaan wirausaha/UMKM terdampak covid-19 di Desa Sukowiryo berada di Kabupaten Bondowoso, Kecamatan Bondowoso, di bawah bimbingan Bapak Sundahri, dosen Fakultas Pertanian Universitas Jember yang pernah mengenyam pendidikan di La Trobe University, Melbourne.
Menurut mahasiswa yang punya hobby menyanyi, desain grafis dan videografis tersebut, Desa Sukowiryo boleh dianggap sebagai desa maju, karena letaknya yang berdekatan dengan pusat kota, dan sebagai jalur utama antara kota Bondowoso dan Jember. Masyarakat di sana kebanyakan suku madura. Masyarakat Desa Sukowiryo mempunyai sistem kehidupan pada umumnya yaitu berkelompok dengan dasar kekeluargaan. Keramahan masyarakatnyalah yang memberikan kesan dan gambaran sebagai sebuah desa sesungguhnya. Masyarakat desa Sukowiryo mayoritas adalah petani padi dan sedikit petani tembakau, sisanya peternak, pekerja kantor dan wirausaha. Salah satu bentuk usaha yang ada adalah UMKM.
“UMKM tanaman hidroponik yang bernama “Hidroponik Bondowoso” di dusun Sentong dikelola oleh Bapak Rudi. Beliau memulai usaha ini sejak Desember 2019 yang awal mulanya di depan rumah. Seiring berjalannya waktu, usaha hidroponiknya terus berkambang sehingga mampu membuat greenhouse. Tetapi sejak awal 2021 usahanya terus mengalami penurunan penjualan sehingga mengalami kerugian”, SMK Negeri 1 Bondowoso menceritakan kisah yang dialami partner/sasarannya.
Lebih lanjut mahasiswa Akuntansi tersebut mengatakan bahwa menghadapi masa pandemi seperti saat ini harus memperbanyak promosi untuk memikat konsumen. Karena jenis budidaya tanaman ini tergolong baru di Bondowoso terlebih lagi di desa Sukowiryo ini. Sehingga, berdasarkan penuturan Bapak Rudi, pada masa pandemi seperti saat ini penjualannya terus mengalami kerugian karena kurangnya pemasaran sehingga menyebabkan konsumen semakin berkurang akibat jarang keluar rumah dan ditutupnya salah satu pasar penjualan tanaman hidroponik di Car Free Day Alun – Alun Bondowoso. Menurutnya, hasil sebelum pandemi dibandingkan saat ini yang hanya cukup untuk membayar gaji sewa outlet di toko dan membayar gaji karyawan saja, jadi hasil yang diperoleh tidak seperti sebelum pandemi. Putra pasangan Ibu Titin Sumarni dan Bapak Muntahar yang bercita-cita sebagai pengusaha/akuntan tersebut memiliki program ekspansi pasar melalui e-commerce sehingga diharapkan produk UMKM milik Pak Rudi dapat bersaing di era digital, pungkasnya.
Pewarta : Junaidi
Tinggalkan Balasan