TULUNGAGUNG,ForumNusantaraNews – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tulungagung temukan 2.317 balita dengan stunting.Hal ini diketahui setelah Lakukan pemeriksaan terhadap 48.772 anak usia di bawah lima tahun (balita).
Berdasarkan data pada bulan timbang Februari lalu terdapat 72.550 balita, namun yang berhasil dilakukan pemeriksaan hanya 48.772 balita saja.
“Pemeriksaan memang belum 100 persen, namun akan kami kejar di bulan timbang selanjutnya di Agustus mendatang,” Ucap Kepala Dinkes Kabupaten Tulungagung, dr Kasil Rokhmad, MMRS melalui Kabid Kesehatan Masyarakat (Kesmas), Desi Lusiana Wardhani Senin Kemarin.
Karena capaian masih kurang, pihaknya bakal melakukan kunjungan door to door untuk memeriksa kondisi balita di Agustus mendatang.
Menurut Desi alasan belum tercapainya 100 persen tersebut ialah di Februari lalu angka kasus Pandemi Covid-19 masih cukup tinggi, sehingga mengakibatkan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) seperti pelayanan posyandu tidak bisa berjalan maksimal.
“Kasus Covid pada saat itu masih turun naik, sehingga layanan posyandu kami juga masih buka tutup,” jelasnya.
Desi melanjutkan untuk penanganan stunting ini harus ada kerjasama lintas sektor agar permasalahan stunting segera tuntas. Artinya, tidak hanya Dinkes saja yang berperan untuk permasalahan stunting. Namun harus saling dibantu dengan pihak lain, seperti Dinas KB, Perumahan dan permukiman, pihak pekerjaan umum (PU), dinas ketahanan pangan, dinas perikanan, dan lain sebagainya.
“Bahkan pihak desapun saat ini juga harus membantu dengan menyisihkan dana desanya untuk permasalahan stunting,” ujarnya.
Sehingga sesuai dengan program pemerintah, pada 2045 mendatang Indonesia khususnya Tulungagung sudah berstatus zero stunting.
Disinggung mengenai upaya Dinkes dalam penanganan stunting, Desi mengatakan pihak Dinkes bekerja mulai pencegahan, penemuan, hingga mengobati.
Seperti pemberian tablet tambah darah untuk remaja putri agar saat hamil tidak mengalami kekurangan darah. Kemudian pemberian makanan tambahan (PMT) kepada balita gizi buruk hingga stunting, dan pelayanan kesehatan untuk ibu hamil kekurangan energi kronis (KEK).
“Kita lakukan rujukan berjenjang, mulai penemuan di posyandu, puskesmas hingga merujuk ke RSUD dr Iskak,” tandasnya.(rf/af)
Tinggalkan Balasan