Kemenhub Akui Tingginya Risiko Keterlambatan Penerbangan Nataru, Siapkan Sanksi untuk Maskapai

Potensi Keterlambatan Penerbangan Selama Nataru 2025/2026 Masih Tinggi

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengakui bahwa potensi keterlambatan atau delay penerbangan selama masa angkutan Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru 2025/2026) masih cukup tinggi. Hal ini terutama dipengaruhi oleh faktor cuaca ekstrem yang bisa memengaruhi perjalanan pesawat.

Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Ahmad Setyo Prabowo, menjelaskan bahwa penyebab keterlambatan penerbangan umumnya dibagi menjadi beberapa faktor, mulai dari aspek teknis hingga kondisi cuaca. Menurutnya, saat ini faktor cuaca menjadi dominan dalam menyebabkan keterlambatan.

Puncak pergerakan penumpang udara pada masa Nataru 2025/2026 diperkirakan akan terjadi pada tanggal 23 dan 24 Desember 2025. Total jumlah penumpang yang diperkirakan mencapai 5,05 juta orang, termasuk penumpang domestik sebesar 3,5 juta dan internasional sebesar 1 juta.

Strategi Maskapai untuk Menghadapi Keterlambatan

Menurut Setyo, maskapai penerbangan Indonesia telah memiliki strategi sendiri untuk mengatasi potensi delay selama masa Nataru. Salah satu langkah yang diambil adalah memprioritaskan lima bandara dan rute favorit yang memiliki pergerakan penumpang tertinggi. Meski begitu, rute-rute lain tetap dilayani sesuai dengan jadwal biasanya.

Berdasarkan pemantauan Kemenhub, pergerakan penumpang selama Nataru 2025/2026 diperkirakan terbagi ke dua wilayah utama, yaitu Timur dan Barat. Wilayah Timur terutama mengarah ke Papua dan Maluku, sedangkan wilayah Barat banyak mengarah ke Medan dan sekitarnya.

Sanksi untuk Maskapai yang Terlambat

Kemenhub menegaskan bahwa akan memberikan sanksi kepada maskapai penerbangan yang sering mengalami keterlambatan, terutama selama masa angkutan Nataru. Sanksi tersebut akan diberikan jika keterlambatan disebabkan oleh alasan operasional yang sepenuhnya berada dalam kendali maskapai.

Setyo menjelaskan bahwa operational reason meliputi keterlambatan cabin crew, ketidakpastian pesawat, atau masalah operasional lain yang menyebabkan pesawat tidak dapat berangkat sesuai jadwal. Contohnya, jika pesawat seharusnya berangkat pukul 6, namun terlambat karena keterlambatan kru atau masalah teknis lainnya, maka itu termasuk operational reason.

Namun, ada juga keterlambatan akibat alat teknis atau technical reason. Menurut Setyo, keterlambatan jenis ini bisa masuk dalam kategori yang dapat dikendalikan atau tidak, tergantung situasi. Misalnya, meskipun pesawat sudah dinyatakan layak, tiba-tiba ada masalah teknis saat akan dinyalakan mesin, maka keselamatan menjadi prioritas utama.

Prediksi Jumlah Penumpang dan Rute Favorit

Jumlah penumpang angkutan udara selama periode Nataru 2025/2026 diperkirakan mencapai 5.050.194 orang. Rute penumpang udara tertinggi akan terjadi di Jakarta-Bali, Jakarta-Surabaya, dan Jakarta-Ujung Pandan untuk rute domestik. Sementara itu, rute internasional yang paling diminati adalah Jakarta-Singapura, Jakarta-Kuala Lumpur, serta Denpasar-Kuala Lumpur dan sebaliknya.

Selain itu, Kemenhub juga mengerahkan sebanyak 368 unit pesawat selama periode Nataru 2025/2026. Angka ini lebih rendah dibandingkan ketersediaan pesawat sebelumnya yang mencapai 568 unit. Hal ini menunjukkan bahwa persiapan dan pengelolaan armada pesawat akan menjadi fokus utama untuk menghindari keterlambatan dan memastikan kelancaran transportasi udara selama masa liburan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *