MENEKUK KARIER POLITIK FAUZI DI PILKADA 2024.

 

Catatan  J. FARUK ABDILLAH *)

 

Peta politik  Sumenep, mungkin di bulan Nopember tahun ini mulai  berubah. Rasan-rasan dikalangan politisi papan atas Kota Sumenep kini sudah berderit panjang, mirip dengan gesekan antar batang-batang  bambu yang dihembus angin kencang, tiada henti, saut menyaut, sambung-menyambung dari bunyi derit batang bambu yang satu dengan batang bambu lainnya, bak konser simpony.

Terpilihnya putra mahkota Ponpes Aqidah Usymuni K. Lukmanul Hakim sebagai ketua DPD Golkar Sumenep yang juga Putra Wabub  Nyai  Dewi Khalifah ( Nyai Eva ), menjadi gong penutup tahun politik 2021.

Lukmanul Hakim yang terlahir di lingkungan ponpes, tergolong ‘satria’ yang dilahirkan dirumah politik yang kokoh. Bundanya Nyai Eva punya nama besar di Muslimat NU, pentas pilkada, berkawan dekat dengan tokoh-tokoh NU, Gubenur Jatim Khofifah Indar Parawansa dan Kiyai,Nyai NU yang punya hubungan historis dengan KH. Usymuni dan KH. Zainal Arifin, ulama kesohor di Madura.

Ayahnya KH. Syafraji, puluhan tahun memimpin  MUI Sumenep dan  berhasil membuka puluhan jaringan  diberbagai pelosok desa dengan  ratusan kiai muda  yang direkrutnya dari berbagai komponen kekuatan.

Darah yang mengalir dalam diri K. Lukmanul Hakim ; tentulah darah biru tulen Nahdlatul Ulama, modal  kuat dalam mewujudkan  Hisbul wathan Minal Imam.

Golkar  sebagai kekuatan politik yang dilahirkan ORBA  masih sangat piawai dan berhasil merekrut K. Lukmanul Hakim sebagai ketua DPD Golkar lewatmodel operasi  senyap; tiba-tiba muncul nama putra mahkota PP Aqidah Usymuni.

Operasi politik seperti ini, kerap dimainkan di zaman Orba dengan melahirkan tokoh-tokoh diluar kader partai,  lalu menjadikan  sebagai Ketum, misalnya saja   di  DPP PDI, tiba-tiba muncul nama   Sunawar Sukowati ( 1981-1978 ),  yang aslinya seorang birokrat.

Rupanya operasi  politik  gaya-gaya  Orde Baru masih sangat up to date dirangkai dalam peristiwa politik hari ini. Dan hasilnya dari waktu ke waktu cukup memukau.

Operasi Golkar Sumenep kali ini, cukup beralasan, sebab hari ini  Golkar tidak punya kursi di DPRD Sumenep, peristiwa politik paling tragis dalam sejarah Golkar di Sumenep.

Merekrut K. Lukmanul Hakim sebagai Ketua Golkar, bukanlah peristiwa kebetulan. Saya punya keyakinan ini operasi politik Golkar tingkat Nasional, yang tidak hanya tertuju untuk politik Golkar di Sumenep.

Membaca dan menyandingkan gerakan  ulama Nahdlatul Ulama sebagai organisasi keagamaan kali ini, setelah  KH. Ma’ruf Amien berada di panggung wakil  Presiden RI,  Yaqut  di kursi Menag, KH. Aqil Siraj  di Komisaris perusahaan plat merah.  Berbagai kajian memunculkan  analisis, bahwa tokoh dan massa  NU; baik yang berada partai politik dan diluar partai, kini mulai bergerak untuk memerankan diri menggapai cita-cita ulama pendiri NU. Hisbul wathan minal Iman.

Peran besar Massa NU di NKRI memang tidak bisa dipungkiri, dilembaga formal dan informal yang penuh sesak dengan dinamika mereka dalam mengkokohkan cita-cita pendiri NU.  Eksisnya Muslimat, Fatayat, IPNU,IPPNU,Ansor, Banser, Perguru  dan Banon NU lainnya. Tentu  sangat memudahkan dalam merebut  panggung politik  di NKRI. Dan itu sah-sah saja jika dalam koridor konstitusi.

Tampilnya  Bupati yang berakar dari  warga tulen  NU di banyak Kota/Kabupaten dan Propinsi. Hari ini menjadi kampanye tersebunyi untuk lebih  meluaskan  wilayah kekuasaan.  Pernyataan Ketum PB NU Prof. Dr. KH. Aqil Siraj  yang menyatakan bahwa : “ Jabatan Agama yang berperan NU, Kalau nggak, Nanti Salah”.  Ini adalah isyarah kuat bahwa NU mulai menajamkan missinya di NKRI.

Apalagi NU Sumenep kali ini  terampas hak-haknya di pilkada lalu, dengan tidak munculnya warga NU sebagai  kandidat Calon Bupati di Sumenep. Tragis, sebuah kecelakaan yang patut ditangisi dengan sesegukan.

Nyai Eva sungguh mendapat angin segar ketika Ketua DPD Golkar jatuh kepada putra mahkotanya. Kendaran besar politik yang digawangi  oleh banyak tokoh politik berpengalaman dan tajir.  Insya Allah ini peran serius  Ir. Ridwan Hisyam yangmemilki ikatan kuat dengan warga Sumenep. Dan ia dikenal sangat cerdas dalam mengolah  peta politik Sumenep yang akan datangdalam rangka untuk mengkuningkan kembali Bumi Wiraraja.

Pantas diduga, pilkada  2024 Nyai Eva  akan meninggalkan Akh. Fauzi yang kini menjadi Bupati Sumenep. Ia akan menyusul  sahabat-sahabatnya, seperti  Nyai MundjidahWahab ( Bupati Jombang ), Khofifah Indar Parawansah ( Gubenur Jatim ).  Ketiganya adalah  aktivis wanita NU yang memiliki kedekatan khusus dan saling menyokong.  Mustahil jika kini ada  peluang  besar, Nyai Eva masih tertidur pulas.  Meski banyak diketahui, gerakan Cucu KH. Usymuni itu ‘lahap’  mendatangi undangan pertemuan dan pengajian hingga kepulau Arjasa.

Dukungan aktivis  Muslimat,Fatayat, Ansor,Banser, IPNU,IPPNU, Perguru dan banon lainnya, diyakini tidak akan tolah toleh lagi memberi dukungan terahadap  Nyai Eva.Sebab jika  peluang hari ini dibiarkan lenyap menguap ; maka warga Nahdliyin akan jatuh tersungkur lebih dalam dan kian hilang harapan. Karena  hari ini yang punya peluang besar hanya dia berada di puncak jabatan tertinggi di Pemkab Sumenep.

Bupati Akh. Fauzi, wajib berhitung cermat,cerdas dan cepat. Sebab  partainya PDIP dan gerbong partai koalisinya- yang menurut saya tidak solid. Berbagai kabar tak sedap lainnya  kerap  menyeruak kepermukaan.  Dikabarkan  Fauzie jalan sendiri dalam menjalankan kebijakan politiknya. Kekecewaan lainnya juga terdengar dari skoci politik yang mengaku menjadi pendukungnya. Maka jika hal ini tidak dibenahi super cepat, tahun politik ini akan menjadi ‘badai’bagi masa kedepan politik Akh. Fauzi.

Munculnya unjuk-rasa sambung menyambung  dan kian maraknya upaya mendongkel kembali kasus Corporate Social Responsbility (CSR) Migas  Sumenep oleh pegiat sosial dan dimunculkannya angka kemiskinan ; fakta bahwa adanya arah angin busuk yang ditiupkanuntuk masa depan politik Fauzi.Sayangnya tim khusus yang  mendampingi Fauzi belum mampu memberi jawaban setara dan membiarkan isue-isue terbang liar keruang publik yang makin luas dan masive.

Tulisan Opini  Malik Effendi di media on line beberapa waktu lalu memancing letupan baru untuk menghantam kasus-kasus lama yang bisa bangkit dari kuburnya. Sehingga tak sedikit yang  berupaya kembali menggali reruntuhan kasus-kasus itu, walau tidak mudah dan butuh amunisi dari yang terekam dan terdokumentasi secara sah berdasarkan hukum dan perundang-undangan. Tapi bukan berarti tidak bisa kan…?

Bagi Nyai Eva  tentu hal ini menjadi pertimbangan  berat  untuk bisa maju kembali bersama  Fauzi dalam situasi politik yang tidak menguntungkan dirinya ; apalagi ditengah arah dukungan politik dan massa NU yang melimpah pada dirinya.

Maka jika  ‘cerai’ dengan Fauzi  menjadi pilihan Nyai Eva, ‘tertekuklah dan menjadi lumat’ karier politik Akh. Fauzi. Dan  Kaisar Kiasa Kasih Said Putra, puta mahkota  MH. Said Abdullah, yang kini menjadi Bendahara Umum DPP BMI,  bisa jadi  Kaisar yang  akan didorong memasuki pertarungan di Pilkada 2024.   Karena ia lebih fress, sangat populer  dan belum terkontaminasi konflik-konflik politik dengan masyarakat Sumenep serta tak berresiko.

Pastilah Bos  MH. Said Abdullah mengkalkulasi  dengan kalkulator politik secara realistis. Sebagai politisi “gaek”,  saya yakin ia sudah menyiapkan ‘Emergency Exit’ untuk semua itu.

Bagaimana Fauzi menjawab tantangan dan serangan kali ini ?    Tentu  tak cukup  dijawab  dengan senyum manisnya.

*) Penulis adalah :Wartawan Senior. Pengacara  Bantuan Hukum.  Ketua DPC. Perkumpulan   Advokat Indoensia ( PERADIN ) Sumenep. Domisili  di Surabaya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *