PWI Siap Bantu Pemerintah Untuk Sosialisasikan DBON

Sosialisasi Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) yang diselenggarakan bersama PWI dan SIWO PWI seluruh Indonesia

JAKARTA, ForumNusantaraNews – Menpora Amali memberikan opening speech pada Sosialisasi Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) yang diselenggarakan bersama PWI dan SIWO PWI seluruh Indonesia, secara daring, Rabu (1/9). Sekali lagi ditegaskan bahwa untuk meraih prestasi seorang atlet tidak bisa melalui jalan pintas, harus melalui pembinaan berjenjang dan jangka panjang.

“Tidak ada jalan pintas dalam meraih prestasi, minimum butuh waktu 10 tahun atau 10.000 jam latihan. Itu kata pakar ya,” ucap Menpora Amali.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa untuk merealisasikan seluruh tahapan tersebut kini sudah ada pedomannya yaitu DBON. Berawal dari arahan Presiden RI Joko Widodo pada Haornas ke-37 tahun lalu, kini ditekadkan akan dilaunching pelaksanaannya pada Haornas ke-38, pada tanggal 9 September mendatang.

“Ini merupakan perintah Presiden kepada saya yang tidak perlu ditafsirkan macam-macam karena sudah jelas. Yaitu mereview total ekosistem pembinaan prestasi olahraga nasional, hasil diskusi dengan para pakar, akademisi, dan para praktisi, lahirlah DBON. Semoga segera keluar payung hukum berupa Perpres dan tekad kita pada 9 September saat Haornas nanti kick off oleh Bapak Presiden sebagai titik awal dimulainya DBON,” tegasnya penuh optimisme.

Secara garis besar dan mendasar disebutkan isi DBON adalah pembinaan olahraga dari hulu hingga hilir. Olahraga masyarakat atau olahraga rekreasi sebagai hulu diharapkan mampu mewujudkan kebugaran, di mana dengan banyaknya talenta-talenta yang bugar jenjang-jenjang selanjutnya mudah didapatkan, sampai puncaknya pabrikasi prestasi dapat tercapai.

“Prestasi tidak boleh seperti sekarang, by accident, hanya menemukan kemudian dipoles dan berhenti tidak ada kelanjutan. Prestasi harus di pabrikasi, pabriknya adalah DBON, talenta yang sehat dan bugar adalah bahannya,” tambahnya.

Di dalam DBON juga ditetapkan cabang olahraga apa saja yang bisa dikerjakan pembinaannya, rekrutmen atlet, dan target yang jelas dalam setiap Olimpiade hingga nanti 2044 jelang Indonesia Emas 2045.

“Tidak mungkin sekitar 70 cabang olahraga yang ada di KONI kita garap semua, sumber daya kita terbatas. Kita prioritaskan pada yang dipertandingkan di Olimpiade, kemudian dari hasil diskusi dengan para pakar kita harus memperhatikan kondisi fisik yang bisa bersaing dan unggul sehingga ditetapkan cabang-cabang yang menitikberatkan pada akurasi dan teknik,” jelas Menpora Amali.

Ada 12 cabang olahraga nomor Olimpiade dan 2 cabang olahraga yang dipersiapkan karena potensi besar mendulang medali bila menjadi tuan rumah atau ketika nanti sudah mendapat dukungan sesuai persyaratan dipertandingkan di Olimpiade.

“Ada 12 nomor Olimpiade yang menjadi unggulan, yaitu bulu tangkis, angkat besi, panjat tebing, panahan, menembak, karate, taekwondo, balap sepeda, atletik, renang, dayung, dan senam artistik. Sementara 2 yang dipersiapkan karena punya potensi besar yaitu pencak silat dan wushu. Jika Indonesia berhasil menjadi tuan rumah tentu mudah, sekarang masih perlu diperjuangkan untuk mendapatkan dukungan minimal 75 negara dan tersebar 5 benua. Untuk wushu relatif lebih mudah karena sudah didukung lebih dari 75 negara,” imbuhnya secara rinci.

Di sisi lain, Ketua Umum PWI Pusat Atal S. Depari menegaskan, bahwa pihaknya sangat senang dan bangga bisa menjadi bagian dari sosialisasi Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) ini. Memang, lanjut Atal, diperlukan penyadaran kepada masyarakat bahwa meraih prestasi olahraga itu tak bisa instan. Harus disiapkan instrumennya mulai dari bawah, dengan fondasi yang kukuh, maka ke depan prestasi akan datang dengan sendirinya

Tugas wartawanlah untuk memberikan pemahaman tersebut kepada masyarakat. Menyosialisasikan terus-menerus dalam bentuk pemberitaan di media masing-masing, sehingga masyarakat dan pencinta olahraga paham bahwa Indonesia sedang memulai membangun fondasi olahraganya. Tentu saja, itu tak bisa terwujud dalam empat atau lima tahun, tetapi minimal sepuluh tahun.

“Saya itu senang karena menurut saya, DBON ini kado paling besar untuk olahraga Indonesia. Saya tak menyangka, karena pabriknya ini akhirnya bisa dibuat setelah sekian lama. Kami optimistis prestasi besar ke depan bisa diraih jika ini dijalankan dengan konsisten,” tutur Atal.

Ke depan, PWI menegaskan siap bekerja sama dengan Kemenpora untuk terus menggaungkan DBON ini sampai ke daerah-daerah. Dengan ribuan wartawan yang menjadi anggota, maka tentu Pers menjadi garda terdepan untuk menyuarakan perubahan paradigma olahraga Indonesia melalui DBON ini.

Selain Menpora Amali yang menjadi Opening Speech, hadir juga memberikan pandangan Ketua Umum PWI Atal S Depari sebagai narasumber, Profesor Asmawi sebagai Dewan Pakar DBON, Del Asri selaku akademisi olahraga, serta Deputi pembudayaan Olahraga Raden Isnanta dan Deputi Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora Chandra Bhakti. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *