TULUNGAGUNG, ForumNusantaraNews – Sutrisno (63) warga Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbergempol dan Santoso (63) warga Dusun Ngingas, Desa/Kecamatan Campurdarat telah diperbolehkan pulang Kamis kemarin, usai keduanya melakukan operasi bedah jantung di RSUD Iskak Tulungagung.
Menurut Direktur RSUD dr Iskak Tulungagung, dr Supriyanto Dharmoredjo, Sp.B, FINACS, M.Kes, Senin (31/10/2022) dengan keberhasilan ini RSUD dr Iskak telah menjadi expert dalam penanganan kasus sulit, yang sebelumnya tak mungkin dilakukan di daerah kecil.
Upaya layanan bedah jantung ini sudah dirintis sejak 2013.
Direktur RSUD dr Iskak Tulungagung, dr Supriyanto, juga menyambut gembira keberhasilan operasi bedah jantung pintas koroner di rumah sakit yang berada di wilayah pinggiran selatan Jatim itu. Ia menyebut semuanya dilakukan untuk menyelamatkan nyawa manusia. “Yang bisa diselamatkan itu usia-usia produktif antara usia 40 tahun sampai 59 tahun,” katanya.
Dokter Supriyanto juga menyebut dengan keberhasilan RSUD dr Iskak Tulungagung melakukan operasi bedah jantung pintas koroner diharapkan tahun depan dapat dibangun Kardiovaskular Center di RSUD dr Iskak Tulungagung.
Sukses RSUD dr. Iskak Tulungagung melakukan operasi bedah jantung tersebut merupakan yang pertama kali semenjak rumah sakit daerah ini ditetapkan sebagai rumah sakit rujukan untuk penanganan jantung terpadu di Jawa Timur. Karena itu, sukses operasi Santoso dan Sutrisno menjadi pengalaman bersejarah bagi jajaran rumah sakit ini.
Dokter pengampu dari RS Jantung Nasional Harapan Kita, Dr.dr. Hananto Andriantoro, Sp.JP (K) pun mengapresiasi kemajuan pesat RSUD dr, Iskak dan ikut bangga. Sebab, meski berstatus rumah sakit daerah di kota kecil, namun telah memiliki layanan bedah jantung pintas koroner, yang bahkan belum semua provinsi memilikinya.
Bagaimanapun layanan operasi bedah jantung di RSUD dr. Iskak telah dan akan banyak membantu mengurangi antrean pasien yang jumlahnya ribuan.
Keberadaan layanan bedah jantung sangat dibutuhkan di Indonesia yang memiliki penduduk lebih dari 245 juta jiwa. Sebab secara teori, setidaknya ada sekitar 10 persennya membutuhkan intervensi bedah jantung.
Laporan dari Rumah Sakit Jantung Nasional Harapan Kita sebagai fasilitas rujukan nasional bagi pasien gangguan jantung menyebutkan, ada sekitar 50 ribu anak dengan penyakit jantung bawaan yang harus dioperasi untuk mencegah kematian.
Dari jumlah sebanyak itu, yang bisa menjalankan operasi jantung saat ini hanya ada di enam rumah sakit saja dengan kemampuan bypass (CABG) antara 6 ribu hingga 10 ribu pasien per tahun.
Imbasnya, antrean pasien bedah jantung sangat panjang. Di RS Harapan Kita antrean bedah jantung mencapai 12 bulan, sementara di RS kardiovaskuler lain kini sudah juga sudah mencapai 3-4 bulan, bahkan ada yang sudah sampai setahun.
Tinggalkan Balasan