TEKNOLOGI MATRICONDITIONING + PGPR DAN SEED FEEDING UNTUK MENINGKATKAN MUTU FISIOLOGIS BENIH BAWANG MERAH ASAL BIJI

 

Sundahri dan Muhamad Wahyu Saputra

Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Jember

Korespondensi: Sundahri.faperta@unej.ac.id

 

Bawang merah merupakan salah satu komoditas hortikultura strategis di Indonesia. Komoditas ini banyak digunakan untuk kebutuhan dapur maupun kesehatan. Bawang merah kaya senyawa bioaktif seperti flavonoid, organosulfur, dan asam fenolik. Senyawa yang terkandung pada bawang merah memiliki sifat antioksidan, anti-inflamasi, antimikroba dan imunomodulator. Kandungan senyawa pada bawang merah memiliki potensi menghambat proliferasi sel tumor, menginduksi apoptosis, dan menekan angiogenesis, mengurangi risiko penyakit kronis seperti kardiovaskular, diabetes, dan jenis kanker tertentu.

Untuk mengembangkan bawang merah, petani di Indonesia umumnya menggunakan benih asal umbi karena dianggap lebih mudah dan praktis. Namun, benih asal umbi memiliki mutu yang lebih rendah dibandingkan dengan benih true shallot seed (TSS). Padahal penggunaan benih TSS lebih potensial dalam meningkatkan produksi bawang merah. Benih TSS memiliki variasi mutu lebih rendah dibandingkan dengan benih asal umbi sehingga pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah asal benih TSS lebih seragam. Penggunaan benih TSS dapat mengurangi biaya penyediaan benih hingga 66,7% serta dapat meningkatkan hasil hingga 30-34 ton/ha. Insidensi penyakit terbawa benih TSS lebih rendah dibandingkan benih umbi. Selain itu, benih umbi memiliki potensi terinfeksi virus sebesar 66-100%, sedangkan benih biji bawang merah sebesar 0%.

Penggunaan benih TSS di Indonesia mengalami kendala diantaranya rendahnya ketersediaan benih bermutu di lapangan dan persiapan benih untuk penanaman yang menyulitkan petani. Persentase tumbuh benih TSS di lapang seringkali bernilai rendah. Hal ini diduga karena benih TSS mengalami deteriorasi selama penyimpanan. Benih TSS yang disimpan dengan plastik klip pada suhu ruang, daya berkecambahnya mengalami penurunan selama periode simpan 3 bulan. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan teknologi untuk dapat menyediakan benih TSS yang memiliki standar mutu baik setelah penyimpanan.

Invigorasi merupakan salah satu teknologi perbaikan mutu benih setelah penyimpanan dengan perlakuan pra-tanam yang mudah dilakukan oleh petani. Invigorasi secara umum mencakup tiga metode dasar yaitu pre-sowing hydration treatments (priming), coating technologies, dan seed conditioning. Matriconditioning (priming) merupakan teknik invigorasi yang cukup efektif dilakukan untuk berbagai jenis benih. Perlakuan matriconditioning benih biji bawang merah dengan media abu gosok dan sabut kelapa dilaporkan mampu meningkatkan viabilitas benih.

Teknik matriconditioning dapat dikombinasikan dengan agen hayati, zat pengatur tumbuh (ZPT), pupuk, dan pestisida. Perlakuan matriconditioning menggunakan media arang sekam dengan isolat Bacillus CKD061 dan aplikasi pestisida nabati dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil bawang merah asal benih biji. Bacillus sp. merupakan salah satu genus dari kelompok bakteri Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR). Bakteri ini merupakan agen hayati yang dapat menekan penyakit busuk pangkal bawang merah. Bakteri PGPR memiliki tiga peran pendukung pertumbuhan tanaman, yaitu sebagai biostimulant, biofertilizer, dan bioprotectan. Perlakuan benih dengan PGPR dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman pada fase pembibitan. Selain itu, aplikasi PGPR pada benih dinilai paling efektif mengendalikan penyakit layu Fusarium pada persemaian padi beras merah keramat.

Penggunaan PGPR untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, termasuk pada fase pembibitan masih terbatas pada skala penelitian. Selain itu, penggunaan bakteri PGPR dalam meningkatkan mutu benih seringkali diaplikasikan dengan perlakuan isolat tunggal. Bakteri PGPR yang dijual secara komersial umumnya dikemas dalam bentuk formula berisi dua atau lebih isolat bakteri PGPR. Aplikasi beberapa PGPR formulasi konsorsium endo-rizhobakteri dapat meningkatkan vigor benih padi gogo lokal. Selain itu, perbaikan mutu benih yang mengalami kemunduran dapat lebih ditingkatkan melalui penambahan nutrisi untuk mendukung proses metabolisme serta meningkatkan akumulasi cadangan makanan benih selama perkecambahan.

Air leri merupakan limbah rumah tangga yang seringkali digunakan sebagai sumber nutrisi tanaman karena banyak mengandung pati dan protein. Air leri juga mengandung beragam unsur hara mikro dan makro. Pemanfaatan air leri sebagai sumber nutrisi untuk meningkatkan vigor dan viabilitas benih masih jarang dilakukan. Sebuah hasil penelitian menunjukkan bahwa perendaman benih dalam air leri selama 12 jam dapat meningkatkan perkecambahan benih kopi. Berdasarkan uraian tersebut maka perlakuan benih dengan teknik matriconditioning plus pupuk hayati PGPR komersial dan seed feeding menggunakan air leri selama perkecambahan dapat lebih meningkatkan mutu fisiologis TTS sehingga didapat benih yang baik secara kualitas maupun kuantitas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan antara matriconditioning dengan aplikasi air leri berpengaruh signfikan terhadap kecepatan tumbuh relatif dan jumlah daun pada 6 minggu setelah tanam (MST). Kombinasi perlakuan Matriconditioning (media arang arang sekam + pupuk hayati PGPR RhizomaX) dengan air leri 50% menghasilkan kecepatan tumbuh relatif paling baik. Sedangkan kombinasi perlakuan Matriconditioning (media arang arang sekam + pupuk hayati PGPR RhizomaX) dengan air leri 0% (kontrol) menghasilkan jumlah daun terbanyak.

Perlakuan matriconditioning dengan media arang sekam dan pupuk hayati PGPR komersial secara tunggal dapat meningkatkan vigor dan viabilitas benih bawang merah, serta meningkatkan pertumbuhan bibit yang lebih baik ditinjau dari jumlah daun, panjang akar, dan berat kering bibit. Perlakuan Matriconditioning dengan media arang arang sekam + pupuk hayati PGPR RhizomaX dan FloraOne merupakan level perlakuan terbaik. Adapun perlakuan air leri secara tunggal dapat meningkatkan vigor dan viabilitas benih biji bawang merah. Vigor dan viabilitas benih terbaik dihasilkan perlakuan air leri 100%. Walaupun demikian, level perlakuan air leri cenderung kurang menunjukkan perbedaan signifikan terhadap pertumbuhan dan perkembangan bibit bawang merah dari hingga umur 6 MST.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *