Oleh: Sundahri dan Tofan Mursyidto *)
ForumNusantaraNews.com – Surabaya. Jarak pagar merupakan tanaman prospektif, sebagai sumber bahan bakar nabati dan berbagai macam produk turunananya. Namun, benih tanaman tesebut sering mengalami deteriorasi atau penurunan viabilitasnya setelah melalui periode simpan dan penurunan kuantitas oleh faktor biotis. Untuk mengatasi permasahan tersebut diperlukan teknologi khusus atau perlakuan benih, agar vigor dan viabilitas benih dapat ditingkatkan sehingga dapat digunakan sebagai bahan tanam sebagaimana mestinya. Salah satunya yaitu dengan memberikan perlakuan invigorasi. Teknik invigorasi merupakan salah satu perlakuan benih sebelum tanam yang bertujuan meningkatkan viabilitas dan vigor benih, diindikasikan dengan peningkatan daya berkecambah dan performa benih. Teknik invigorasi yang sudah terbukti berhasil meningkatkan viabilitas beberapa benih yaitu teknologi matriconditioning. Induksi tersebut merupakan perlakuan hidrasi atau penyerapan air terkontrol pada media padat lembab yang digunakan, mempunyai potensi matrik rendah dan potensi osmotik yang dapat diabaikan.
Teknik invigorasi matriconditioning mampu merangsang metabolisme benih dalam berkecambah, tetapi pemunculan radikula dapat ditunda dan terbukti dapat meningkatkan performa benih. Benih yang sudah diberikan perlakuan matriconditioning mempunyai kondisi metabolisme yang siap untuk berkecambah, sehingga persentase daya berkecambah dan kecepatan tumbuh kecambah mengalami peningkatan. Penelitian pada tanaman kedelai, teknik tersebut mampu meningkatkan viabilitas benih dengan parameter daya berkecambah dan kecepatan tumbuh yang meningkat. Selain itu, kombinasi invigorasi dengan penambahan agen hayati pada benih nyamplung dapat meningkatkan viabilitas benih hingga 42%.
Agen hayati yang umum digunakan sebagai seed treatment berasal dari kelompok PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria), salah satunya yaitu Pseudomonas fluorescens. Metabolit sekunder yang dihasilkan Pseudomonas fluorescens berguna untuk memacu perkecambahan benih, berupa hormon auksin atau indole acetic acid (IAA), sitokinin dan giberelin. Senyawa siderofor sebagai bioprotektan terhadap patogen juga dihasilkan oleh Pseudomonas fluorescens dari proses metabolimenya. Penggunaan agen hayati Pseudomonas fluorescens pada invigorasi benih tipe testa keras (jati) mampu meningkatkan potensi tumbuh maksimum dan daya berkecambah sebesar 32,65%.
Berdasarkan latar belakang di atas, teknologi matriconditioning dan aplikasi agen hayati Pseudomonas fluorescens, perlu diuji-coba untuk menginduksi benih tanaman jarak pagar yang telah mengalami penurunan viabilitasnya. Secara spesifik terutama pada pengujian lama perlakuan matriconditioning dan kerapatan Pseudomonas fluorescens agar mampu meningkatkan viabilitas benih jarak pagar secara optimal. Hal ini disebabkan masing-masing benih memiliki karakter dan kepekaan yang berbeda terhadap seed treatment di atas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh interaksi antara lama matriconditioning dan kerapatan Pseudomonas fluorescens serta menentukan lama matriconditioning dan kerapatan Pseudomonas fluorescens yang optimal untuk meningkatan viabilitas dan performa pertumbuhan kecambah dan bibit jarak pagar.
Penelitian ini selaras dengan Rodmap Keris-Dimas Nutrition and Pest Management Universitas Jember sebagai upaya untuk memperoleh bibit yang sehat melalui pemanfaatan agen hayati dan matriconditioning. Selain itu, juga sejalan dengan tema riset unggulan Universitas Jember yaitu untuk mendukung pertanian industrial dan sesuai dengan tema riset teknik budidaya yang adaftif terhadap perubahan lingkungan.
Penelitian ini dilakukan dan dibantu sepenuhnya oleh mahasiswa kami, yaitu saudara Tofan. Untuk memastikan bahwa benih yang digunakan benar-benar sudah mengalami penurunan viabilitasnya, yaitu dengan menggunakan analisis asam lemak bebas dan daya hantar listrik pada beberapa lot benih jarak pagar. Hasil analisis pada benih dengan viabilitas yang bervariasi menghasilkan persentase kandungan lemak benih yang berbeda pula.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama benih jarak pagar disimpan, asam lemak bebas benih semakin meningkat. Penurunan viabilitas dan vigor benih jarak pagar terjadi lebih cepat dibandingkan benih lain dengan kandungan karbohidrat (pati) karena kandungan lemak tak jenuh pada benih jarak pagar yang tinggi. Lemak tersebut mengalami oksidasi yang dapat berpengaruh terhadap viabilitas dan vigor benih. Terjadinya proses oksidasi lemak tak jenuh tersebut menghasilkan radikal bebas pada benih yang memicu penurunan nilai viabilitas dan vigor benih jarak pagar. Perubahan lemak menjadi asam lemak bebas tersebut akan cepat rusak apabila tidak segera digunakan benih untuk berkecambah, sehingga cadangan energi yang tersedia dalam benih semakin berkurang dan tidak cukup untuk mendukung perkecambahan. Dengan kata lain, cadangan energi yang tersedia dalam benih mempengaruhi viabilitas dan vigor benih.
Daya hantar listrik dapat diukur melalui uji konduktivitas beberapa lot benih dapat juga digunakan sebagai gambaran pendugaan viabilitas benih jarak pagar dengan melihat kebocoran membran sel pada benih. Perbedaan nilai konduktivitas hasil pengujian menunjukkan bahwa semakin lama benih jarak pagar disimpan nilai konduktivitasnya semakin meningkat. Jadi benih-benih yang sudah mengalami kehilangan viabilitasnya tersebut yang digunakan sebagai bahan penelitian ini.
Berdasarkan hasil Analisis Keragaman menunjukkan bahwa dosis agen hayati Pseudomonas fluorescens berpengaruh signifikan terhadap kecepatan tumbuh, indeks vigor dan waktu tumbuh benih mencapai 50% (T50). Pengaruh faktor tunggal perlakuan matriconditioning menunjukkan sangat signifikan terhadap keserempakan tumbuh dan daya berkecambah. Namun, perlakuan matriconditioning berpengaruh tidak nyata terhadap potensi tumbuh maksimum, tinggi tanaman, berat kering kecambah normal dan kecambah abnormal. Sedangkan pengaruh faktor tunggal perlakuan Pseudomonas fluorescens berbeda sangat nyata terhadap keserempakan tumbuh, daya berkecambah dan potensi tumbuh maksimum. Namun, perlakuan tersebut berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, berat kering kecambah normal dan kecambah abnormal.
Berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan lama matriconditioning 24 jam dan dosis Pseudomonas fluorescens 100 ml l-1 menghasilkan perlakuan terbaik pada variabel yang mewakili vigor benih (kecepatan tumbuh dan indeks vigor). Adapun lama matriconditioning terbaik pada lama perlakuan 24 jam terhadap viabilitas benih (daya berkecambah) dan vigor benih (kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh dan indeks vigor). Sedangkan faktor tunggal dosis Pseudomonas fluorescens terbaik tetap sama pada dosis interaski yaitu pada dosis 100 ml l-1, terutama pada viabilitas benih (daya berkecambah), vigor benih (kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh, indeks vigor) dan potensi tumbuh maksimum.
*) Dosen dan mahasiswa PS Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Jember
Tinggalkan Balasan